Berladang Masyarakat Adat Di Sei Utik Kalbar |
Ada anggapan bahwa perladangan
(tradisional) berkaitan dengan keterbelakangan dan bukan sebagai suatu model pertanian
berkelanjutan. Pandangan seperti ini sesungguhnya mengabaikan dinamika
perladangan dari masa ke masa. Dalam mengkaji masalah perladangan, ada tiga hal
yang harus menjadi dasar pertimbangan yaitu keharmonisan antara pengetahuan dan
pemahaman masyarakat adat, perspektif ilmiah, serta kebijakan publik.
Bagi Suku Dayak misalnya, berladang
bukan sekedar bercocok tanam saja melainkan ada unsur ritual yang sakral didalamnya.
Orang Dayak asli dalam adat-istiadatnya, mengenal sistem berladang yang biasa
disebut "bahuma batahutn"
satu kali panen dalam setahun. Pada saat proses perladangan dimulai, Suku
Dayak Kanayatn/ahe melaksanakan beberapa tahapan
acara adat-istiadat. Orang Dayak saat melakukan perladangan tidak sendiri-sendiri,
tetapi membentuk kelompok-kelompok tani yang disebut aleatn uma
Setelah melakukan perintisan, dilanjutkan tahap membersihkan
lahan dengan cara mematikan pohon untuk mempermudah pembakaran. Jika pohon besar
ditebang maka semak akan tertimpa sehingga menyulitkan peladang melakukan
perintisan. Sulit mengeringkan bahan bakar (semak)
dapat mengganggu proses pembakaran sisa-sisa penebangan nantinya
Sekat Bakar
Pembuatan
sekat bakar dilakukan sebelum tahap pembakaran dilakukan, dengan cara
membersihkan sekeliling ladang dari semak selebar 1-4 meter. Hal ini dilakukan
agar tidak terjadi perembetan api ke ladang yang bersebelahan dengan ladang
yang akan dibakar.
Untuk mencegah agar api tidak
menjalar ke daerah yang tidak diingini, Suku Dayak biasanya membuat jarak
tertentu dengan menebang pohon antara ladang dan kawasan yang mereka lindungi.
Ladang dibuka dekat sungai sehingga kalau api menjadi liar dapat dipadamkan menggunakan
air sungai tersebut.
Di wilayah adat lainpun demikian. Kesadaran
terhadap pembuatan sekat atau batas api selalu berkait dengan hukum adat dan
kepercayaan leluhur. Sebagai contoh kita bisa lihat bagaiman komunitas Talang
Mamak membuat batas api dalam bahasa Talang Mamak disebut melandang adalah membuat batas api di sekeliling ladang yang akan dibakar
atau melokalisir api agar tidak menjalar ke tempat lain, dengan cara
membersihkan dedaunan kering dan batang kayu-kayu telah lapuk, sebab api bisa
menjalar melalui benda tersebut.
Membakar (mbaka) tehnik tebang bakar merupakan metode yang sangat umum digunakan
dan diaplikasikan secara luas dan turun temurun dalam pembukaan lahan dijadikan
sistem penggunaan lahan di daerah tropis, termasuk Indonesia.
Petalla
Guru dilakukan oleh seorang dukun dan biasanya dihadirkan sebelum melakukan
pembakaran. Ada berbagai ritual yang dilakukan intinya adalah meminta
persetujuan dari leluhur mereka agar proses pembakaran berjalan dengan lancar
dan segala hewan yang berada di dalam ladang untuk dilindungi dan segera pergi.
Dukun juga akan terlibat dalam penentuan arah angin dan biasanya angin sangat
menentukan arah pembakaran hal ini menghindari kecelakaan kerja (Nurman Alumni
Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru)
Di Tanah Batak (Komunitas Adat
Janji) ada tahapan mangalandangi pembuatan
batas bakar dipinggir ladang dilakukan sebelum pembakaran. Hal ini dilakukan
untuk memastikan api tidak menjalar ke tempat lain. Sekitar satu sampai dua
meter batas di luar lahan yang baru dibuka dibersihkan. Masyarakat
membersihkannya menggunakan cangkul, sampai kayu, akar dan daun-daun bersih
dari batas tersebut. Sehingga batas
antara lahan yang akan dibakar dengan lahan lainnya terlihat seperti jalan
ladang baru dibuka.
Sekalipun batas bakar telah dibuat,
pembakaran lahan biasanya dimulai dari titik memungkinkan api menjalar dan dari
arah perbukitan jika lahan tidak rata. Proses pembakaran seperti itu memudahkan
peladang menjaga api agar tidak menjalar atau mangararati dalam bahasa setempat. Waktu pembakaran juga
berlangsung dengan cepat, api paling besar hanya sekitar 1-2 jam saja. Disamping
batang-batang pohon dan ranting yang telah kering, ladang yang baru dibuka pun tidak
sampai satu hektar.
Kearifan Lokal
Pembakaran biasanya melibatkan orang
lain yang memiliki pengetahuan khusus untuk membalikkan arah angin saat api
tidak terkendali. Angin yang berhembus dengan kencang memang mempermudah
pembakaran. Akan tetapi jika angin kencang dan berhembus tidak ke arah yang tak
diinginkan tentu akan merepotkan peladang. Pawang anginlah yang mengatasinya. Pada
umumnya pembakaran dilakukan pada siang hari saat matahari terik dan sebelum
pulang si petani memastikan api sudah padam.
Orang Dayak
Katingan memulai musim berladang setelah munculnya bintang tertentu yang
disebut patendu. Perbintangan menjadi
pedoman untuk mengetahui apakah cuaca layak untuk memulai musim tanam. Tanah
yang digunakan untuk berladang juga tanah tertentu yang disebut tanah kereng dan bukan tanah gambut.
Di Halmahera Utara tepatnya di
komunitas Pagu dalam pengetahun berladangpun hampir sama dengan wilayah adat
lain di Nusantara. Dalam pertanian padi ladang,
masyarakat memiliki penanggalan khusus untuk menentukan musim tanam sampai
kepada musim panen berdasarkan pengetahuan lokal yang dimiliki.
Proses penyiapan lahan berlangsung setelah panen dilaksanakan. Penyiapan
lahan dilakukan pada lahan di lokasi lain
yang pernah ditanami kemudian ditinggalkan beberapa waktu. Orang Pagu menyebutnya Jorame.
Jorame biasanya berisi pohon -pohon
kecil atau semak dan bambu. Jorame kemudian dibersihkan untuk musim tanam baru setelah ditinggalkan selama 4 - 6 bulan. Prosesnya mulai dari penebangan pohon-pohon, pembersihan semak dan bambu.
Setelah pohon-pohon tersebut sudah ditebang, ada masa untuk membiarkan
pohon-pohon tebangan mengering di atas tanah sebelum dibakar. Waktu pembakaran dan
tanam yang telah dibersihkan tersebut ditentukan dengan melihat cuaca agar lahan yang telah bersih tidak
dibiarkan lama dan alang-alang tidak tumbuh.
Untuk menghindari api merembet ke lokasi lain petani Pagu juga mempertimbangkan cuaca, makanya waktu bakar mendekati musim hujan. Menurut beberapa orang tua di
Pagu, siang hari cuacanya terlalu panas jadi lahan sebaiknya dibakar pada malam hari, alasannya di siang hari
tak ada embun sedangkan di malam hari lebih banyak embun sehingga kemungkinan
api merambat peluangnya kecil sekali.
Pohon anti api |
Pada saat membakar pun, lahan tersebut dijaga oleh pemilik lahan. Pada
batas-batas lahan yang dibakar biasanya tidak ada timbunan kayu hasil
pembersihan ladang, semuanya dibersihkan dan diletakan di bagian tengah ladang.
Karena biasanya lahan untuk tanam padi dekat dengan kebun-kebun tanaman umur
panjang seperti kelapa, pala dan cengkeh, maka pada saat pembakaran lahan untuk tanam padi, lokasi tersebut akan
dijaga.
Lain tipe perladangannya tentu lain
pula pendekatan atau perlakuan yang digunakan. Pendekatan terhadap
perladangan/penduduk setempat berbeda dengan pendekatan yang digunakan oleh pendatang
atau pengusaha.
Tak bisa dipungkiri bahwa perladangan
berpindah memang upaya pertanian tradisional di wilayah adat, namun pembakaran dilakukan
dengan tata cara disertai hukum adat untuk warga yang melanggar aturan. Pembukaan
lahan dan perladangan di komunitas adat luasnya sangat terbatas dan terkendali,
karena mengikuti aturan turun temurun. Para peladang tradisional sudah mahir
menerapkan teknik membakar yang aman mengikuti kearifan nenek moyang yang
tersirat dalam hukum adat. ****Jeffar Lumban Gaol
Daftar bacaan
Gayatri Joan Tatra
Suwardi
Nurman
Abe Ngingi
Jhon Tony Tarihoran
Casinos that accept Paypal - Dr. mcd
BalasHapusCheck our list of casinos that accept 남원 출장안마 Paypal 사천 출장마사지 for your 경산 출장마사지 gambling 인천광역 출장샵 activities. Discover all the best casinos accepting PayPal online.What are 청주 출장마사지 the best Paypal payment methods?Do casinos allow you to play in Paypal?